BPBD Palu dan Islamic Relief kerja sama pengurangan risiko bencana

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu, Sulawesi Tengah dan Yayasan Islamic Relief Indonesia bekerja sama melakukan upaya pengurangan risiko bencana melalui berbagai kegiatan.

“Kegiatan ini sebagai agenda bulan pengurangan risiko bencana guna meningkatkan kapasitas masyarakat sigap terhadap situasi yang membahayakan akibat dampak bencana alam,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Palu Bambang ditemui di Palu, Senin.

Ia mengemukakan, pengurangan risiko bencana harus dikolaborasikan dengan para pihak untuk mengedukasi masyarakat dalam meningkatkan kesigapan menghadapi setiap ancaman bencana, supaya meminimalisir jatuhnya korban jiwa.
Diagendakan, kegiatan ini berlangsung selama enam hari dimulai tanggal 25-30 Oktober 2022 berpusat di Palu.

Panitia pelaksana memulai kegiatan ini dengan seminar kebencanaan yang melibatkan tokoh-tokoh agama, sekaligus memberi penguatan mengenai mitigasi.

Selain itu, ada pula pameran kebencanaan, dan sehari sebelum hari puncak dilakukan simulasi bencana halaman PGM yang melibatkan instansi vertikal, lembaga/organisasi, forum pengurangan risiko bencana, PMI, tim relasi cepat (TRC) lintas sektor percepatan penanganan bencana bentukan Pemkot Palu, perguruan tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Palu, pegawai mall dan masyarakat umum.
“Hari puncak dilakukan pengamanan mangrove di kelurahan Baiya, Kecamatan Tawaeli,” ujar Bambang.

Pada simulasi nanti, paparnya, menghadapi situasi gempa dan tsunami dengan estimasi peserta kurang lebih 180 orang, dimana skenario dibangun seolah-olah terjadi bencana besar, lalu terjadi kepanikan.

Selanjutnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan mengeluarkan peringatan tsunami, kemudian para pihak yang terlibat masing-masing mengambil peran sesuai tugas pokok dan fungsinya.

“Kami berharap masyarakat aktif berperan dalam simulasi ini. Kegiatan ini tentunya untuk menambah wawasan menyangkut kebencanaan bagaimana kesigapan kita melakukan evakuasi, paling tidak menyelamatkan diri secara mandiri. Bencana tidak dapat di prediksi kapan terjadi,” demikian Bambang.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp