Islamic Relief Indonesia dan BPBD Prov DKI Jakarta Tingkatkan Kesiapsiagaan Bencana di rumah ibadah Konghucu

Sebagai daerah yang terletak di dataran banjir 13 sungai, dan diapit oleh potensi Megathrust Selatan Jawa dan Sesar Baribis di utaranya, Daerah Khusus Jakarta menyimpan potensi bahaya tinggi. Berkembang dan tumbuh sebagai wilayah urban dengan kepadatan penduduk dan bangunan yang ekstrim memposisikan Daerah Khusus Jakarta sebagai daerah dengan potensi kerugian tinggi akibat bencana.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Daerah Khusus Jakarta, Embai Suhaimi dalam kegiatan Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana untuk Tokoh Agama di Litang MAKIN Jakarta Barat (2/6/2024) mengungkapkan setidaknya ada 9 potensi bahaya di Jakarta yaitu banjir, kebakaran gedung dan permukiman, gempabumi, epidemi dan wabah penyakit, gelombang pasang dan abrasi, cuaca ekstrim, kegagalan teknologi, konflik sosial, hingga penurunan tanah. Maka dari itu, perlu kontribusi multipihak salah satunya inisasi komunitas keagamaan untuk meningkatkan kapasitas dan menjadi mitra pemerintah dalam mewujudkan efektivitas upaya pengurangan risiko bencana di Daerah Khusus Jakarta.

Pada kegiatan yang diikuti oleh puluhan tokoh agama dan umat Khonghucu ini, Embay mengapresiasi penuh program yang dicanangkan oleh Islamic Relief Indonesia dalam pendalaman peran tokoh agama dan rumah ibadah dalam manajemen bencana.

“Kami sangat menyambut baik program ini, seiring dengan tujuan BPBD Provinsi Jakarta untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat melalui satuan pendidikan, bangunan vertikal, dan rumah ibadah. Nantinya, rumah ibadah melalui pimpinan agama, pengurus, umat, dan warga disekitarnya akan menjadi mitra Pemerintah dalam penanggulangan bencana” ungkap Embai.

Islamic Relief Indonesia melalui Senior DRR Officer, Wahyu Sugeng Triadi, dalam pengantarnya menyampaikan tujuan dari kagiatan pelatihan ini. Menurutnya, kegiatan pelatihan pengurangan risiko bencana di Litang MAKIN Jakarta Barat ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam Program DROFLERD yang akan dilakukan hingga November 2025 untuk seluruh agama, dengan lokus kegiatan di Jakarta dan Sulawesi Tengah.

“Kegiatan pelatihan ini dimaksudkan agar rumah ibadah melalui tokoh agama, umat, dan warga di sekitarnya mampu secara mandiri untuk mengupayakan pengurangan risiko bencana. Ini merupakan langkah awal, dari proses panjang yang akan bersama-sama dilakukan di rumah-rumah ibadah, untuk mewujudkan rumah ibadah tangguh bencana, yang merupakan salah satu dari 7 objek ketangguhan di Indonesia”, ucapnya.

Kegiatan pelatihan pengurangan risiko bencana untuk tokoh agama ini dilakukan selama 3 hari, setiap hari minggu selama tiga pekan berturut-turut. Kegiatan hari pertama diisi langsung oleh Embai Suhaimi dengan fokus materi terkait konsep dan dasar penanggulangan bencana, peran multipihak dalam penanggulangan bencana, dan di akhir peserta juga dikenalkan dengan bagaimana cara menyelamatkan diri jika terjadi bencana. Dalam sesi pelatihan Embai menuturkan bahwa gempabumi adalah bahaya yang dapat terjadi sewaktu-waktu, maka setiap orang harus tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi gempabumi. Mengingat Jakarta berada di utara jalur Megathrust Selatan Jawa dan dilalui Sesar Baribis.

Informasi dari Wahyu, pelatihan dihari ke dua pada tanggal 9 Juni 2024 nanti akan fokus untuk membahas penanggulangan bencana pada perspektif agama Khonghucu serta peran tokoh agama dan rumah ibadah dalam pengurangan risiko bencana. Pekan selanjutnya peserta akan bersama-sama diajak untuk menemukenali ragam dan karakter bahaya yang ada disekitarnya.

“Harapan kami di akhir kegiatan, peserta dari tokoh agama, rohaniwan, umat, dan warga di sekitar rumah ibadah memiliki pemahaman yang baik mengenai penanggulangan bencana, hal tersebut akan diukur saat post-test di akhir kegiatan, semoga hasilnya akan lebih baik dari pre-test sebelumnya” ungkap Charles sebagai DRR Community Mobilizer Islamic Relief Indonesia.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp