Menjelang Lima Tahun Peringatan Gempa Bumi, Liquefaksi, dan Tsunami Sulawesi Tengah

Lima tahun sudah bencana gempa bumi, liquefaksi dan tsunami melanda Sulawesi Tengah
yang meluluhlantakkan harta benda dan menelan ribuan korban jiwa di kota Palu, kab Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong.

Kini, situasi sudah berubah! Para penyintas bencana sudah nyaman tinggal di hunian tetap yang dibangun pemerintah dan aktor kamanusiaan lainnya. Walau masih tersisa sedikit keluarga yang masih tinggal di hunian sementara karena masalah tanah, mereka sudah mendapatkan kepastian untuk mendapatkan hunian tetap. Alhamdulillah.

Kini, tantangan yang ada di depan mata bagi sebagai penyintas bencana adalah bagaimana mengarungi hidup di hunian tetap dengan mata penghidupan yang mantap agar kehidupan dapat lebih baik bahkan lebih baik dari sebelum terjadinya bencana pada tanggal 28 September 2018 lalu. Istilah kerennya “Build Back Better”

Persoalannya, infrastruktur pertanian seperti irigasi masih belum sepenuhnya pulih. Di sana sini masih sulit mendapatkan air untuk bertani sehingga para petani terpaksa bertanam seadanya. Sementara itu, bagi petani yang tanahnya hancur dijungkirbalikkan oleh liquefaksi sudah tidak bisa lagi bertani dan tentunya mereka harus putar otak untuk mengganti mata penghidupannya yang baru dan layak.

Sementara itu para nelayan yang ekosistemnya hancur karena tsunami, harus berjuang lebih keras. Terutama bagi mereka yang terpaksa harus direlokasi ke hunian tetap di pegunungan. Mereka menghadapi tantangan untuk melaut lagi karena jarak yang jauh antara rumah dan laut.

Menyadari masih adanya tantangan tersebut, Islamic Relief Indonesia atas dukungan dari Islamic Relief Canada dan Islamic Relief Netherland kemudian menjalin kerjasama dengan BAZNAS Provinsi Sulteng, Universitas Tadulako, dan Pemerintah Daerah Kab Sigi untuk dapat berkontribusi bagi percepatan pemulihan ekonomi Masyarakat penyintas bencana. Hasilnya, 2.500 keluarga difasilitasi mengikuti skema ‘sustainable livelihood framework’. Di antaranya Bersama Universitas Tadulako dilakukan serangkaian pelatihan kewirausahaan, pelatihan perencanaan usaha (business plan), pelatihan penyusunan proposal, pelatihan pembukuan, dlsb. Bersama BAZNAS dilakukan percepatan peningkatan usaha petani bawang dan peternak ayam. Sedangkan bersama pemerintah Kabupaten Sigi dilakukan pendampingan usaha peternakan dan perikanan nila melalui pendekatan SPR (Sistem Pendampingan Rakyat).

Pada tahap awal, dari 2,500 keluarga tersebut, 327 diantaranya sudah siap menggeluti usaha baru atau meningkatkan usaha yang ada. Kepada mereka telah dibuatkan rekening dari Bank BSI (Bank Syariah Indonesia) dengan nilai uang sebesar Rp 4.000.000 sebagai stimulan. Mohon doa’nya, semoga niat baik Bersama ini dapat tercapai. Aamiin ya robbal a’lamiin.

Pelatihan penyusunan proposal oleh tim Universitas Tadulako
Pendampingan penyusunan rencana usaha di masyarakat
Sosialisasi proses dukungan kegiatan ekonomi masyarakat di kab Sigi kerjasama YRII, BaZnas dan Pemkab Sigi.
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp