Pada 23 Mei 2023 telah dilaksanakan Internal Annual Review and Lesson Learned project Fostering Multistakeholder Alliance for Pro Poor and Gender Sensitive Low Carbon Development and Climate Resilience (FOMAPRO) yang dihadiri oleh tim Islamic Relief Indonesia (YRII) dan mitranya: Mandala Foundation dan KONSEPSI. Project FOMAPRO memiliki 2 outcome dan 11 output utama yang menjadi target capaian. Saat ini terdapat 37% kegiatan yang telah dilakukan dan telah menyerap anggaran sebesar 22%. Karenanya, masih ada 63% kegiatan yang harus diselesaikan oleh tim project.
Project ini terbagi dalam 3 sektor, yaitu;
- Sektor Government Engagement: mendorong kebijakan pembangunan rendah karbon dan berketahan iklim masuk ke dalam perencanaan pembangunan jangka menengah dan rencana kerja pemerintah di provinsi Nusa Tenggara Barat;
- Sektor Waste Management: mendampingi masyarakat Desa Montong Ajan Kabupaten Lombok Tengah dalam menerapkan pola 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan sampah yang dikaitkan dengan upaya mitigasi perubahan iklim dan circular economy; dan
- Sektor Kehutanan: mendampingi masayrakat petani di sekitar kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) Agro Mangku Aji, Kabupaten Lombok Utara dalam menerapkan system pertanian terpadu dan agroforestry agar tutupan lahan meningkat dan kelestarian hutan terjaga serta pada akhirnya dapat menyerap karbon lebih banyak. Sementara itu, kegiatan ekonomi masyarakat lebih produktif dari penerapan teknik agroforestry di kawasan hutan, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat.
Beberapa hasil penting dari kegiatan Lokakarya Review ini diantaranya adalah:
- Perlunya segera dilaksanakan pelatihan SRN – PPI (Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim), Sign Smart, dan MRV (Monitoring, Reporting, and Verification) bagi staff KPH (Kesatuan Pengelola Hutan), NGO dan Kelompok Tani Hutan sehingga kegiatan-kegiatan pengendalian iklim baik di sector mitigasi maupun adaptasi yang dilakukan oleh projek FOMAPRO, oleh pemerintah daerah dan provinsi, serta oleh aktivis lingkungan lainnya dapat tercatat secara resmi dan terhubung dengan system IPCC.
- Perlunya segera dilakukan pengintegrasian antara kegiatan circular economy di sector persampahan dengan system MRV dan Sign Smart sehingga kontribusi masyarakat dalam menurunkan gas rumah kaca, yaitu gas methana dapat dihitung. Andi Wahyu Widayat dari Mandala menyampaikan, “Saat ini Mandala sudah melatih 150 komunitas terkait circular economy dan sudah melakukan praktek 3R, selanjutnya adalah mendorong kegiatan tersebut lebih produktif dengan penyediaan fasilitas microfinance dari projek FOMAPRO dan harapannya hasil mitigasi perubahan iklimnya dapat dihitung. Maka penting bagi kita untuk melakukan pelatihan MRV dan Sign Smart”.
- Perlunya segera melakukan penyesuaian system distribusi dan penanaman pohon durian kane yang saat ini sudah ada di pusat pembibitan masyarakat agar keputusan tanam dapat diputuskan oleh masyarakat, sementara pencatatan eksisting tanaman di kawasan hutan dapat dihitung kembali, sehingga peningkatan jumlah tutupan lahan dapat diidentifikasi dan kontribusi masyarakat pada penyerapan gas emisi rumah kaca akhirnya dapat dihitung juga. Abidin Tuarita dari KONSEPSI menyampaikan dari 100.000 bibit yang diajukan, 729 anggota KTH dapat mengakses 10.100 bibit durian, nangka, kelengkeng, dan jambu kristal, ditambah dengan pengadaan 15.950 bibit durian kane dari projek FOMAPRO, maka diharapkan hutan akan semakin hijau dengan pohon-pohon produktif. “Ini adalah salah satu kontribusi signifikan projek FOMAPRO untuk pengendalian iklim di sektor kehutanan”. Ujar Abidin.
Dalam kesempatan review ini, Ilham Muhtar, selaku pengampu projek FOMAPRO, menyampaikan bahwa upaya memfasilitasi pemerintah provinsi NTB dalam melakukan transformasi kelompok kerja Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim menjadi pokja Pembangunan Rendah Karbon dan Berketahanan Iklim terus dilakukan agar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi NTB ke depan dapat secara penuh mengemban amanat SDG No 13 atau Climate Action dalam bentuk perencanaan pembangunan yang lebih hijau (Green Economy) dengan target pertumbuhan ekonomi tetap tinggi, kesejahteraan masyarakat terus meningkat, sementara lingkungan hijau lestari sehingga pemanasan global dapat dikurangi. “Selain itu, ada tambahannya, bahwa ekonomi hijau yang kita harapkan bersifatr inklusif dan berkeadilan gender,” beber Ilham.
Ada banyak tantangan, pembelajaran, dan rekomendasi yang mengemuka dalam review kali ini. Selanjutnya untuk perbaikan ke depan semua pembelajaran tersebut diterjemahkan oleh para peserta untuk melakukan revisi DIP (Detail Implementation Plan) agar projek dapat tepat waktu dan tepat sasaran. Semoga!