Gender Mainstreaming dalam Adaptasi Perubahan Iklim
Bertempat di hotel Sahid, Jakarta pada tanggal 24 November 2022 telah dilangsungkan sebuah seminar international bertajuk “Gender Mainstreaming dalam Adaptasi Perubahan Iklim”.
 
Perempuan dan anak-anak termasuk kelompok masyarakat yang kerap terpinggirkan seperti kelompok disabilitas, kelompok lansia, dan kelompok minoritas mengalami dampak buruk yang tidak proporsional karena meningkatnya kerentanan mereka terhadap dampak perubahan iklim akibat dari adanya praktek ketidakadilan gender yang massif di semua lini kehidupan. Oleh karena itu, para pemimpin dunia telah mencanangkan LIMA WORK PROGRAM ON GENDER (LWPG) pada tahun 2014 untuk memajukan kesetaraan gender dalam kerja perubahan iklim dalam kerangka kerja UNFCCC.
 
Pada COP25 di Paris, LWPG ini kemudian diperkuat melalui 5 tahun rencana aksi sampai 2024 melalui 5 prioritas aksi, yaitu:
  1. Capacity Building, Knowledge Management and Communication,
  2. Gender Balance, Women Participation, Leadership,
  3. Coherence,
  4. Gender Responsive Implementation, means of implementation, and
  5. Monitoring and Reporting.
Di Indonesia, LWPG ini diterjemahkan ke dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC) sebagai upaya pengendalian perubahan iklim sebagai berikut: “On gender issues, Indonesia has an advance policy relating gender equality and gender balance. Mapping gender issues in climate change in all development sector will be crucial in implementing the policy.
 
Enhancing role of women in development and strengthening women’s capacity and leadership in climate change have been initiated and will be continued as part of the NDC implementation and LTS (long term low greenhouse gas emission strategy” (Enhanced Nationally Determined Contribution – Republic of Indonesia, 2022, p10).
 
International seminar tersebut dimaksudkan untuk memperkuat LIMA WORK PROGRAMME – UNFCC, dan sekaligus juga mendukung Enhanced NDC pemerintah Indonesia.
 
Seminar menghadikrna pembicara dari Bappenas, KLHK, Wakil Gubernur NTB, Head of Advocacy-Islamic Relief Worldwide-UK, Universitas IPB, KPI, SAPDA, Para petani Jamur, petani garam, perwakilan dari Islamic Relief Bangladesh, Philipina, dan Pakistan.
 
Mari kita simak paparan dari masing-masing pembicara di dalam tayangan youtubenya. Insya Allah, Yayasan Relief Islami Indonesia akan segera menindaklanjuti hasil-hasil seminar ini untuk memperkuat pelaksanaan enhanced NDC di Indonesia.
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp