Skenario Zero Net emission 2050 dan ketangguhan terhadap perubahan iklim provinsi NTB

Bertempat di hotel Montana, Lombok Barat-NTB, 10 orang Doktor berbagai disiplin ilmu menghadiri acara lokakarya penyusunan dokumen perencanaan Pembangunan rendah karbon dan ketahanan Iklim provinsi NTB tahun 2024 – 2029, yang dihelat Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Barat bersama dengan Islamic Relief Indonesia, Universitas Mataram, BRIN, KONSEPSI, PT ISL, dan TRANSFOM. Bapak Budi Setyo Budi Waluyo – dari Bappeda yang memandu acara ini menyampaikan bahwa Lokakarya yang berlangsung dari hari Jum’at sampai minggu siang (4-6 Agustus 2023) ini diharapkan mampu menghasilkan dokumen draft final yang akan dibawa ke BAPPENAS untuk mendapatkan masukan agar dapat difinalisasi. Rencananya, pada tanggal 15 Agustus ini akan dilakukan penandatanganan MoU antara Bappenas dan Pemerintah provinsi NTB terkait dengan Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim.

Dalam acara pembukaan Lokakarya, Bapak Iskandar Zulkarnain selaku Kabid Lingkungan Hidup Bappeda – NTB mengungkapkan bahwa pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim merupakan inisiatif pembangunan yang berupaya untuk mewujudkan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, penurunan kemiskinan, penurunan emisi karbon serta peningkatan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim. “Untuk maksud ini, Provinsi NTB telah menetapkan tiga pilar dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2024-2026, dengan menetapkan rENCANA Pembangunan Yang Lestari dan Asri sebagai Pilar kedua”. Papar Iskandar.

Dalam lokakarya tersebut terungkap bahwa scenario zero net emission yang ditargetkan provinsi NTB akan dicapai tahun 2050 perlu dikonkritkan melalui pemodelan yang terukur, selain memasukkannya ke dalam dokumen rencana Pembangunan jangka menengah. CEO Islamic Relief Indonesia – Nanang Subana Dirja – yang hadir memberikan sambutan pada acara pembukaan tersebut menyampaikan bahwa diperlukan sebuah skenario yang menggambarkan interaksi berbagai variable independen di semua sektor terkait sehingga tujuan pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim ini dapat diukur.

Sementara itu, Dr Khairil Anwar dari Universitas Mataram mempresentasikan pemodelan system dynamics yang dapat digunakan untuk menduga capaian akhir dari sebuah atau beberapa scenario dari intervensi yang bersifat ‘business as usual’ atau bersama inovasi tambahan dari berbagai sektor yang kompleks sehingga keseimbangan antar Pembangunan ekonomi, penurunan emisi, dan kesejahteran sosial masyarakat dapat tergambar berdasarkan waktu tertentu. Sementara itu Dr Moh Taqiuddin dari KONSEPSI menyampaikan bahwa pemodelan dengan system dynamics akan digunakan juga untuk ketahanan iklim di sektor kesehatan, pesisir, pertanian, dan air.

Ilham Muhtar, selaku project officer project FOMAPRO yang memfasilitasi acara lokakarya ini menyampaikan kesimpulan acara lokakarya tersebut: “Secara keseluruhan lokakarya berlangsung produktif, dan dokumen yang dihasilkan siap dipresentasikan di Bappenas yang akan dibersamai dengan diskusi lanjutan terkait dengan rencana penggunaan pemodelan system dynamics dalam penerapan rencana Pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim di provinsi NTB”, katanya.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp